Rabu, 16 Februari 2011

Habis bercukur

Sekarang ini usiaku 32 tahun dan sudah berkeluarga. Kisah ini terjadi sewaktu aku baru lulus dari sebuah SMU di kota kembang, namaku Tedy (nama samaran), tinggiku 173 cm dengan berat 55 kilogram dan dengan biasaanku suka bergaul dengan orang yang lebih lebih tua usia dari aku, sehingga dengan kebiasaanku ini seleraku juga dalam urusan wanita menginginkan yang lebih tua usianya.

Seperti biasanya kalau sudah sore hari, kami suka berkumpul di rumah temanku yang sering kami jadikan pos, dirumah itu kadang suka berkumpul pria maupun wanita, seperti biasanya kalau sudah berkumpul yang kami lakukan hanyalah bersenda gurau dan bermain kartu, dan hari itu juga secara kebetulan temanku ada yang berulang tahun (aku lupa hari jadi yang keberapa), kami sedang merencanakan untuk merayakannya. Saking serius kadang di selingi gurauan kami merencanakan hal tersebut tanpa terduga dipintu ruang tamu telah berdiri seorang teman wanita yang bernama Rita dengan seseorang yang kami tidak kenal.

"Halo semua" sahut Rita sambil berjalan mendekati kami.
"Kemana aja Rit" tanya Toni.
"Biasa sibuk kuliah" jawab Rita.
"Aduh kalo punya teman kenalin dong pada kita-kita" teriak Bole.
"Kenalin dong" teriak Heri pula.
"Iya nih" sahut Bole yang hari itu sedang berulang tahun.
Akhirnya temanku mulai berebutan saling bersalam sedangkan aku yang merasa paling muda diantara mereka hanya bisa terdiam memperhatikan tingkah teman-temanku, pada akhir aku kebagian untuk berkenalan.
"Tedi" sahutku.
"Dewi" jawabnya, dalam hatiku montok juga tuh cewek.

Sesudah kami saling berkenalan, kemudian temanku Bole berbisik dengan pelan hampir tidak terdengar "boleh juga", aku tidak menghiraukan karena perhatianku masih tersita oleh sosok yang begitu aduhai.
"Mumpung ada yang berulang tahun bagaimana kalau dirayainnya di pub gimana?" Kata Toni sambil melirik Bole.
"Boleh-boleh saja" Jawab Bole.
"Tapi gue nggak ada pasangan nih" Jawab Boleh kembali.
"Sama Dewi saja" sahut Toni dengan melirik Dewi.
"Gimana Dew" tanya Toni.
"Sok aja" jawab Dewi dengan logat sunda yang kental.
"Nah bereskan, kapan nih kita berangkat tanya toni kembali.
"Terserah" jawab Bole.
"Bagaimana kalo kita berangkat jam 9. 00" sahut Rita.
"Kita berangkat dari rumah Boleh" sahut Rudi dari tadi asyik ngobrol dengan kekasihnya Emma.

Pada jam 9.00 kami mulai berangkat dengan memakai kendaraannya Bole, semua berpasangan kecuali aku dan lagi karena mereka menganggap anak yang paling kecil sehingga aku kebagian duduk pada posisi pojok belakang. Sesampainya di Pub di Jalan Asia Afrika di pusat kota kembang, kami mulai turun dari mobil.
"Gue harus dapatin si Dewi" Bisik Bole.
Akupun hanya membalas dengan tersenyum.
"Nanti kalo didalam kamu rayu aja" sahutku.
"So pasti" jawab Bole.
"pokoknya harus gue dapatin" jawab Bole kembali.

Sesampai didalam Pub tersebut kami mulai mencari tempat duduk yang cukup buat tujuh orang, ternyata dipojok ruangan ada yang kosong, langsung kami tempati. kamipun mulai memesan minuman ringan, tanpa aku sadari Dewi memperhatikan aku terus, sekali-kali aku melirik Dewi ternyata Dewipun demikian, wah.. aku jadi GR nih. Bagaimana manapun aku minder dikarenakan usiaku dengan usia Dewi terpaut sekitar 7 tahun. Sesekali aku tersenyum melihat kelakuan Bole sedang mengeluarkan jurus mautnya untuk merayu Dewi. Tanpa terasa waktu menunjukan jam 12.00, suasana didalam semakin bingar- bingar sehingga posisi duduk kami jadi berubah-ubah, melihat gelagat bakalan tidak berhasil pikirku, Bole mulai merubah taktik kini dia sedang melakukan jurus merayunya terhadap pengunjung lain. Lama kuperhatikan Dewi ternyata dia mulai bergoyang-goyangkan badannya mengikuti irama musik disco.

"Nggak turun" teriak Dewi, teriakannya sama keras dengan suara musik.
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Melihat jawabanku Dewi mulai menggeserkan badan mendekatiku.
"Kenapa" tanya dewi.
"Nggak bisa" jawabku.
"Bisanya apa dong" tanya Dewi kembali.

Aku hanya tersenyum, makin lama kuperhatikan Dewi yang terus menggoyangkan badannya. aku ikut memberanikan diri untuk menggoyangkan badan sehingga terjadi gesekan antara badanku dengan badan Dewi, karena gesekan tersebut jantung berdetak makin kencang, bisa terangsang nih pikirku. Ternyata goyanganku membuat Dewi makin merapat posisinya dengan menggesek payudara ke lenganku, kupandangi wajah Dewi yang duduk disampingku sambil bergoyang, tiba tiba adikku terbangun dan langsung berdiri seolah-olah ingin mengikuti irama musik, aku berusaha menenangkan adikku tapi tidak berhasil. Sesaat kemudian Dewi berhenti bergoyang dan mulai menatapku tanpaku sengaja aku menghembuskan nafas, tiba tiba saja Dewi langsung menciumi aku seakan-akan melepaskan nafsu yang terpendam, kontan saja aku kaget dan berusaha mengelak karena malu, padahal dalam hatiku kepingin, untunglah suasananya hingar- bingar dan remang-remang.

"Kita ke mobil yuk" ajak Dewi
Akupun hanya bisa mengangguk. Lama aku berciuman didalam mobil sampai nafasku terangah-engah.
"Kita cari tempat yang santai" ajak Dewi kembali.
"Gimana teman-teman yang lain" jawabku.
"Biar Dewi yang ngomong sama Rita" sahut Dewi.
"Alasannya apa? Khan nanti nggak" jawabku.
"Bilang saja mau cari udara segar" sahut Dewi.
Akupun mengiyakannya.

Dewipun meninggalkanku untuk memberitahu Rita, lama aku menunggu tanpa terasa sudah dua batang rokok aku hisap. Barulah Dewi datang.
"Gimana" tanyaku
"Beres" jawab Dewi.
"Mau kemana nih" tanyaku.
"Kemana yah, sudah malem gini enaknya dimana yah" tanya Dewi
"Gimana kalo kita ngobrol di.." kata Dewi tanpa diteruskan omongannya.
"Dimana saja dech yang penting enak" jawabku.
"Penginapan mau?" tanya Dewi, akupun kaget dengan jawaban Dewi langsung saja pikiran mikirin yang bukan-bukan, asyik juga pikirku.

Singkat akhirnya kami berdua telah berada didalam kamar penginapan, aku memang tergolong anak yang pendiam sehingga aku malu untuk memulainya. Dewi hanya menatapku tanpa berkedip, akhirnya dia mulai mendekatiku dan aku tidak tahu harus berbuat bagaimana, kontan saja Dewi mulai mencium bibirku dan aku hanya diam dan pada akhir aku mulai membalas. lama kami saling berciuman dan akhirnya dilepaskannya ciuman tersebut kemudian kami terdiam sejenak saling berpandangan, aku masih berasakan bagaimana jantungku berdetak tidak karuan.

Setelah aku mulai rada tenang tanpa pikir panjang lagi aku mulai memberanikan diri untuk mencium bibir Dewi habis-habisan. Sambil berciuman Dewi mulai membuka kancingnya sendiri, kemudian akupun membantunya membuka pengait tali BH. akhirnya terlihat gundukan payudaranya dengan lahap aku remas payudara dara tersebut yang tampak mulai mengeras, perlahan-lahan mulutku mulai turun kebawah, mulai aku menyedot putingnya, tanpa sadar aku memegang kemaluanku sendiri yang sedari tadi sudah mengeras.

Tanpa pikir lagi aku rebahkan tubuh Dewi yang bertelanjang dada ke kasur, kuciumi payudara Dewi sambil tangan mulai mengerayangi selangkannya mencari resliting celana panjang tanpa aba-aba lagi aku langsung membuka resliting tersebut, pas aku akan mulai menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya Dewi dengan cekatan meraih tangan dan membawanya ke payudaranya.
"Kenapa?" tanyaku dengan perasaan aneh dan nafsu birahi yang menggebu-gebu.
"Nggak apa-apa" sahut Dewi dengan tersenyum.

Dengan cepat aku membuka celana panjangku sendiri yang dari tadi menghalangi gerak kemaluanku, Dewipun melakukan yang sama dengan membelakangiku, aku berpikir mungkin dia malu. Perlahan-lahan Dewi mulai membalik dengan kedua telapak tangan memegang wajahku dan menariknya kewajahnya kami mulai berciuman kembali dengan hati-hati Dewi merebahkan dirinya tanpa melepaskan ciumannya, akupun mengikutinya. Dengan keadaan tersebut Dewi menggapai kemaluanku dan membimbing untuk memasuki lubang kenikmatan, akhirnya kudorong kemaluanku, aku kaget pas tiap kali aku tekan pantatku, aku merasakan sakit seperti tertusuk jenggot yang habis dicukur, akhirnya tanpa kupedulikan rasa tersebut aku genjot pantatku naik turun sedangkan Dewi hanya naik-turun menggoyangkan pantatnya, Dewi mendesah kenikmatan karena genjotanku, lama kami pada posisi tersebut, akhirnya Dewi minta diatas sambil menduduki kemaluanku Dewi mulai menggenjot maju mundur, aku mulai merasakan apa yang dari tadi aku rasakan tapi rasa sakit itu masih bisa terobati dengan kenikmatan yang diberikan oleh vagina Dewi. Tidak terasa kemaluanku sudah berdenyut-denyut dengan cepat.

Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari lubang kemaluannya dan kusemburkan spermaku di atas perutnya, karena aku takut kalau aku keluarkan didalam vaginanya dia akan hamil. Aku baru sekali ini melakukan berhubungan sex. Sejenak aku berbaring sambil melamun apa yang telah baru kami lakukan dan terlintas dalam benakku keingintahuan apa yang menyebabkan rasa sakit tertusuk bercampur nikmat itu. Selang berapa menit kemudianpun kami membersihkan badan masing-masing, ada rasa keinginan untuk melihat apa yang tadi aku rasakan dengan secara sembunyi-sembunyi aku melirik kemaluan Dewi. Akhirnya tercapai juga keinginanku, Wah.. ternyata benar dugaanku bulu kemaluannya habis dicukur, bersih tidak ada satu bulu yang tertinggal seperti kemaluan anak kecil, hingga aku tersenyum geli melihatnya.

Setelah itu kami membersihkan badan dengan keadaan telanjang menuju tempat tidur, melihat Dewi tidur telantang dengan selimut yang menutupi perut sampai kaki, timbul hasrat birahiku kembali. Kemudian aku memeluk dia kembali dan kuangkat dagunya kukecup bibir dengan sangat lembu. setelah itu kusuruh Dewi berbaring, bibirku mulai bergerilya menuju, tanganku yang kiri meremas payudaranya sambil kupermainkan putingnya, kurasakan putingnya mengeras kembali. Bibirku mulai turun menjilati putingnya. Setelah puas bermain-main di payudara, bibirku turun lagi menuju menuju vagina, kulihat vagina yang bersih tanpa bulu itu, kujilati vaginanya, kumainkan lidahku di klitorisnya, sambil kumasukan jari tengahku ke lobang vaginanya. Selang beberapa lama kemudian kepalaku dijepit kencang oleh kedua pahanya.

Kemudian tangan Dewi mulai menggenggam kemaluanku yang sedari tadi sudah mengeras, dan tanpa ragu-ragu ia menjilati kemaluanku, lalu mengulumnya, baru pertama kali aku mendapat sensasi yang sangat nikmat, akan tetapi terasa ngilu. Selang berapa lama kemudian, aku mengarahkan kemaluanlu ke vaginanya, akhirnya kemaluanku masuk semua kedalam vaginanya. Kugenjot pantatku turun naik, makin lama makin cepat dan tidak lama kemudian akupun berasa mau keluar, kupercepat genjotanku tidak berapa kemudian Dewi mempererat pelukannya, akhirnya kami mendapat klimaks bersamaan, untuk yang kedua kalinya.

Tidak terasa di luar kamar sudah terang oleh matahari pagi, bagiku pagi itu yang paling berkesan selama aku bergaul dengan orang yang lebih dewasa. Terima kasih Dewi atas pelajarannya yang tidak terlupakan, mungkin sekarang bulunya sudah lebat kembali.

E N D
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive