Teman-teman saya akhirnya membantu membopong tubuh Shinta. Saya kembali ke mobil. Agnes terlihat tertidur nyenyak. Perlahan saya menggoyang tubuhnya..
"Ayo, tidur di dalam, di sini dingin," bisik saya.
Dia hanya membuka matanya sebentar dan bermaksud untuk tidur lagi. Akhirnya dengan susah payah, berhasil membujuk dia untuk masuk ke bungalow yang terdiri dari 3 kamar tidur dan satu ruang tamu.
Di ruang tamu hanya terlihat Guntur yang berbaring lemas di sofa. Saya membawa Agnes menuju ke ruang tidur. Melewati ruang tidur pertama, saya melihat Peter, Ian, Stephen dan Andi mengelilingi Shinta yang berbaring di kasur. Tanpa pikiran apapun, saya membawa Agnes ke kamar kedua dan membaringkan dia di tempat tidur. Parfumnya tercium semerbak dan tubuhnya terasa hangat.
Karena merasa haus, saya melangkahkan kaki saya menuju mobil untuk mengambil aqua yang sudah kami persiapkan. Langkah kaki saya terhenti ketika melewati kamar pertama. Dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, saya melihat keempat teman saya mengelilingi tubuh Shinta yang hampir telanjang. Walaupun tertutup oleh tubuh teman saya, pandangan mata sempat menyapu indah dan mulusnya tubuh Shinta. Saya berjalan masuk ke kamar tersebut.
Melihat saya, Ian membalikkan tubuhnya dan berbisik, "Dia mabuk Gus, tetapi kayaknya mau-mau aja tuh."
Saya berjalan mendekati kasur. Saat itu bra-nya disingkap ke atas, memamerkan sepasang buah dadanya yang montok. Celana dalamnya yang berwarna hitam terlihat sudah diturunkan sampai ke lututnya. Bulu-bulunya yang halus dibelai perlahan oleh Stephan.
Tiba-tiba terdengar gumanan Shinta, "Ah.. hehe.. sudah lama saya tidak bercinta, lelaki itu buaya.. semuanya.. termasuk kalian.. tetapi gua suka yang buaya.. hehe.."
"Shinta, kamunya masih perawan..?" bisik Peter di telinganya.
"Hehe.. masih.." jawab Shinta dengan mata tertutup.
Teman-teman saya terpaku mendengar jawabannya dan saling berpandangan.
"Tetapi itu tiga tahun yang lalu.. hehehe.." lanjutnya kembali.
Terlihat si Peter menarik nafas lega.
"Mungkin bukan cewek baik-baik.." bisik Ian ke saya. Saya hanya berdiam diri.
Tidak terlihat adanya penolakan dari Shinta ketika teman-teman saya menyentuh buah dadanya yang lumayan montok. Bahkan terlihat dia menikmati, terbukti dari rintihan-rintihannya dan gerakan tubuhnya yang menggelinjang.
"Udah Gus, sikat Agnes aja.." saran Peter, "Kitanya mau giliran neh, loe mau ikutan..?"
"Kagak mau, gua ada Agnes.." jawab saya.
"Hati-hati loe, keliatannya dia nggak mabuk.." komentar Ian.
Setelah itu teman-teman sepakat untuk menggilir Shinta dengan syarat yang lainnya menunggu di luar. Peter ngotot meminta giliran pertama dan disetujui teman-teman saya.
"Udah, punya gua yang paling panjang, jadi gua yang pertama.." kata Peter, "Punya gua ampe ke puser.."
"Mungkin puser loe yang letaknya agak ke bawah.." komentar si Stephan yang juga ngotot minta giliran pertama.
Tidak tertarik oleh debatan mereka dan dengan nafsu yang sudah bangkit, saya kembali ke kamar kedua. Setelah mengunci pintu kamar, saya berjalan menuju ranjang. Agnes terlihat sudah tertidur pulas. Perlahan saya mencium pipinya, tiba-tiba membuka matanya yang terlihat merah dan mengantuk.
"Gus, saya pusing, pijatin dong..!" dia berkata pelan.
Saya duduk di ranjang dan Agnes menjatuhkan kepalanya di paha saya. Saya menggerakkan tangannya untuk memijat kepala dan dahinya. Dia menutup mata dan menikmati pijatan saya. Lima menit kemudian jari tangan saya turun memijat tengkuknya.
"Hihi.. geli.. Gus, tapi enak.." kata Agnes tanpa membuka matanya.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk mencium bibirnya yang ternyata dibalas dengan penuh nafsu oleh Agnes. Masih dalam posisi Agnes berbaring di paha saya, ciuman kami berlanjut cukup lama. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya. Jari-jari tangan saya menarik kaosnya ke atas, dan terlihatlah buah dadanya yang tidak terlalu besar, tertutup oleh bra-nya. Dengan cekatan jari tangan saya menyusup ke dalam bra-nya sambil meremas perlahan.
Ciuman si Agnes semakin liar dan buas. Kadang lidah saya dihisap dengan penuh nafsu dan kadang digigit perlahan. Ketika jari tangan saya berhasil mencapai puncak sepasang gunung kembarnya, dia mendesah keras, "Ahh.."
Rintihan dan ciuman membuat nafsu saya menggelegak. Perlahan tangan saya menarik bra-nya ke bawah, akhirnya sepasang gunung itu menonjol keluar, kecil dan mancung. Puncak kecil dan terlihat tegang menantang mulut saya untuk menikmatinya. Tanpa menunggu lama, saya menjulurkan kepala saya dan lidah saya sudah mempermainkan puncaknya.
Terganggu oleh kaos dan bra-nya yang kadang menghalangi tatapan dan perjalanan lidah saya, tangan saya melepas kaosnya dan bra-nya. Ciuman saya berlanjut ke perutnya dan bermain sebentar di titik tengah tubuhnya. Setelah itu celana panjang dan celana dalam putihnya segera menjadi korban tangan saya. Dengan posisi berbaring menghadap ke samping, lidah saya berjalanmenyusuri pahanya Agnes. Saat itu terasa sepasang tangan mungil Agnes berusaha melepaskan celana jeans saya. Terlihat dia bersusah payah walaupun akhirnya celana panjang dan celana dalam saya terlepas. Tangan-tangan Agnes menyentuh dan membelai belalai gajah saya yang sudah mengeras.
Paha Agnes masih tertutup rapat walaupun berkali-kali saya berusaha membukanya.
"Malu.. Gus.." kata Agnes sambil mempermainkan belalai gajah saya.
"Nggak pa-pa kok.. yang liat cuman saya kok..!" bujuk saya.
Cukup lama saya membujuk dia, akhirnya saat pahanya sedikit terbuka, segera kepala saya menyeruak di antara pahanya. Diterangi lampu kamar yang lumayan terang, kemaluannya yang kecil mungil terpampang di hadapan saya.
Saat itu sebenarnya saya masih belum begitu berpengalaman dalam urusan puas-memuaskan wanita. Saya mencium perlahan kemaluan menyusuri bibir kemaluannya yang masih kencang, tanpa mengetahui titik-titik sensitifnya (hehe.. sekarang mah sudah ahli). Bau kewanitaanya sangat merangsang. Pahanya tertutup mengepit rapat kepala saya.
"Ahh.. geellii Gus.., guaa nggak tahan..!" akhirnya dia menggerakkan pinggulnya ke belakang.
"Wah, geli Gus, gua nggak tahan, jangan dong..!" demikian pintanya.
"Ah, nggak pa-pa, bentar lagi juga enak.." kata saya sambil menggerakkan kepala saya menuju daerah kemaluannya lagi.
Tetapi dia menjauh dan berkata serius, "Jangan Gus, saya nggak tahan.. saya masih perawan. Saya tidak mau kehilangan keperawanan saya. Tolong, tolong.. dech..!"
Saya terdiam, saya memang tidak bermaksud merusak dia. Kalau memang dia mau mempertahankan keperawanannya, saya tidak akan memaksa dia.
"Iya.." kata saya sedikit menyesal.
Melihat saya terdiam, rupanya ada rasa bersalah di hati Agnes juga. Dia mendekati saya dan mencium saya kembali. Tangannya mempermainkan belalai gajah saya. Dalam sekejap perasaan sesal berganti oleh nafsu yang bergelora.
Tiba-tiba Agnes mendorong saya untuk berbaring dan menduduki tubuh saya. Tubuhnya diangkat dan dia menggerakkan belalai gajah saya menggesek-gesek bulu kemaluannya yang masih halus, yang kemudian dilanjutkan di daerah kemaluannya. Rasanya sangat nikmat. Kadang dia mencoba memasukkan belalai tersebut di goa kenikmatannya yang masih tertutup rapat. Tetapi dia hanya memasukkan daerah kepala belalai tersebut, keluar masuk, keluar masuk.
Mata saya tertutup menikmati perasaan hangat dan jepitan otot kemaluannya. Cukup lama dia melakukan hal tersebut. Akhirnya, dia menjatuhkan diri di samping saya.
"Capek Gus..?" komentar dia.
Kasian, saya menggerakkan tubuh saya ke atas tubuhnya Agnes. Saya membuka kedua pahanya yang kali itu terbuka dengan mudah. Perlahan saya memasukkan belalai tersebut, tetapi hanya sebatas daerah kepalanya dan saya menggerakkannya keluar masuk.
Agnes mendesis liar. Saat itu sebentar terlintas dalam pikiran saya untuk menghujamkan senjata saya sedalam-dalamnya, dan mengambil keperawanan yang kelihatan sudah dipasrahkannya. Tetapi perasaan kasian membuat saya tidak melakukan hal tersebut.
"Gus.. masukkin Gus.. masukkin..!" akhirnya Agnes meminta saya untuk memasukkan semua belalai tersebut.
Tetapi terlintas dalam pikiran saya betapa dia tadi dia mempertahankan keperawanan dia. Saya merasa kasian dan hanya memasukkan belalai tersebut sebatas kepalanya sambil sesekali memutar belalai tersebut.
Seperempat jam kemudian, sesudah terdorong keluar dari belalai tersebut. Dengan segera saya mencabut belalai tersebut dan muncratlah cairan hangat di sekitar kasur. Saya terbaring lemas sambil memeluk Agnes dengan nafas memburu.
Ketika nafas kita mulai teratur, Agnes berbisik perlahan, "Terima kasih Gus, kamu lelaki yang baik. Saya sebenarnya sudah tidak tahan dan merelakan keperawanan saya. Untung kamunya masih bisa menahan diri."
Saya hanya membelai rambutnya, tersenyum, dan berkata, "Berilah keperawanan kamu kepada cowok yang paling kamu cintai."
Itulah perkataan terakhir saya sebelum kami terlelap. Dan jam lima pagi, teman-teman saya mengajak saya untuk meninggalkan bungalow tersebut. Dengan perasaan berdosa, saya meninggalkan Agnes dan Shinta saat mereka masih tertidur nyenyak.
Dalam perjalanan saya mengetahui bahwa keempat teman saya bergiliran meniduri Shinta. Tetapi mereka mengakui bahwa Shinta masih sadar dan menikmati permainan mereka.
Sesudah peristiwa berlalu, saya selalu berpikir, apa yang terjadi kalau seandainya saya mengambil keperawanan Agnes malam itu. Apakah saya akan menghancurkan masa depan dia? Apakah tidak ada bedanya, nanti juga akan diambil cowok lain? Bodohkah saya seperti kata teman saya? Atau baikkah saya seperti kata Agnes? Yang pasti, menjadi lelaki bodoh kadang membuat kita bisa tidur lelap dan bebas dari rasa bersalah.
TAMAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Archive
-
▼
2011
(200)
-
▼
Februari
(79)
- Pak Guru
- Saat SMU yang indah
- Permainan kami - 1
- Selamat tinggal dunia breaker
- Pesta anak muda
- Permainan kami - 2
- Public relation assoy
- Percumbuan terpanjang
- Pergi ke rumah Melly
- Pengalaman di Mess
- Pemuas nafsu Bos
- Pahit manisnya Rin kekasihku
- Oh Yarmi pembantuku
- Oops I did it again with Sinta
- Noni, resepsionis cantik
- Pacarku gadis bule - 1
- Mahasiswiku kekasihku
- Pacarku gadis bule - 2
- Menara hati - 1
- Medical check up
- Menara hati - 2
- Lelaki bodoh dan lelaki baik - 1
- Liburan yang tak terlupakan - 1
- Lelaki bodoh dan lelaki baik - 2
- Liburan yang tak terlupakan - 2
- Nikmatnya kencan pertama
- Mbak Novi tetanggaku
- Lucky man
- Habis bercukur
- Cerita di tempat kursus
- Fitnes center hot
- Ayu responden keenamku - 1
- Ayu responden keenamku - 2
- Balas dendam - 1
- Bagaimana rasanya permainan dia?
- Balas dendam - 2
- Selingkuh dalam kenangan
- Perselingkuhan Yose dan Ana
- Sex with best friend - 1
- Pertemuan di kereta api
- Sex with best friend - 2
- Sofa kuningku
- Saat ku jauh
- Satu malam bersama Sam - 1
- Satu malam bersama Sam - 2
- Saya dan tetangga saya Mirna
- Oral seks dengan anak SMU
- Paint and love
- One night service - 2
- One night service - 1
- Makiko suster Jepang - 2
- Makiko suster Jepang - 1
- Malam keji
- Libur bersama sopir dan pengawal pribadi
- Gara-gara kunci rumah tertinggal
- Letter from my best friend
- Cinta abadi
- Cewek seksi di dalam MRT
- Cermin antik
- Complete massage
- Nilai sebuah keperjakaan - 1
- Nilai sebuah keperjakaan - 2
- New year encounter
- My Customer
- Niken
- Nikmatnya bercinta di alam terbuka
- Enny, pembantu yang seksi
- Live forever
- Muda dan berbahaya
- My dear Lily
- Nickname : Mahon_F
- Nikmatnya rumput tetangga
- Perjalanan wisata ke Bali
- Iparku yang mempesona
- Poker
- Saat istriku pergi
- Selingkuh di negeri Paman Sam - 1
- Sales girl
- Selingkuh di negeri Paman Sam - 2
-
▼
Februari
(79)
0 komentar:
Posting Komentar