Senin, 31 Januari 2011

Memperkosa pria

Namaku adalah Jenny, aku adalah gadis lugu yang dikawinkan oleh orang tua pada usia 20 tahun. Aku memiliki seorang kekasih yang cukup mapan, namanya William, dia seorang perwira ABRI di kotaku yang berpangkat kapten. Hubungan kami sangat dekat dan kami hampir menikah. Namun orang tuaku tidak menyetujuinya, tetapi saya malah dikawinkan dengan kakak William yang bernama Ricky. Alasan mereka cukup rumit, katanya Ricky sangat mencintaiku dan mereka kurang menyukai William yang anggota ABRI. Mereka lebih suka bila aku menikahi Ricky yang cuma seorang pegawai negeri. Andai dulu aku menikahi William, mungkin semua ini tidak perlu terjadi.

Akhirnya kami menikah, tanpa dikaruniai seorang anakpun karena Ricky terlalu sibuk bekerja dari pagi sampai malam, kadang-kadang melembur. William tidak marah karena aku dinikahi Ricky, mereka adalah kakak beradik yang saling menyayangi sejak dari masa kecilnya. Pada suatu hari William ditugaskan ke Jakarta oleh atasannya, menurutnya dia akan kembali setelah 6 bulan. Tugas ini sebenarnya adalah jebakan yang dipasang oleh suamiku sekarang Pak Simon.

Aku bekerja pada sebuah taylor di kotaku, pemiliknya adalah Ny. Win. Pada suatu hari aku dipanggil oleh Ny. Win ke rumahnya. Menurutnya ada langganan penting yang meminta desain jas yang hanya aku yang dapat melakukannya. Waktu aku datang ke rumahnya dia bersama Pak Simon. Ny. Win memperkenalkan aku kepadanya dan kami bercakap-cakap. Tak beberapa lama kemudian Ny. Win tanpa alasan yang jelas meninggalkan kami berdua.
Tak lama Pak Simon mulai bertanya, "Dik Jenny, katanya Dik Jenny ini istrinya si Ricky yang buruk itu, kok bisa sih padahal Dik Jenny begitu cantik?".
Aku sudah merasakan gelagat yang tidak enak dari semula aku datang ke rumah Ny. Win, tapi aku cepat menguasai diri dan menjawab, "Iya Pak memang sudah takdir".
Kemudian Pak Simon dengan cepat menjawab, "Ah.., masa Dik Jenny mau menghancurkan hidup hanya untuk laki-laki yang seperti itu, Saya sudah banyak dengar tentang kamu, kalau kamu bisa memenuhi keinginan saya, hidup Dik Jenny akan saya buat lain".

Selasai berkata seperti itu Pak Simon tiba-tiba memeluk saya dan mencoba menciumi saya. Tentu saja saya meronta-ronta sampai tak beberapa lama dia berhasil memagut bibir saya dan menciuminya dengan ganas. Wibawa Pak Simon dan ciuman-ciumannya yang ganas membuat saya terangsang dan mulai mengikuti permainannya. Dia mulai meraba buah dada saya yang membuat hati saya berdesir, kemudian dia berhenti dengan bibir saya dan mulai membuka baju yang saya kenakan, diciuminya bagian tengah dada saya, sambil melepas tali BH yang saya kenakan. Kemudian dia mulai menggigit gigit buah dada saya yang cukup montok, walaupun saya berada dalam keadaan tidur. Setelah itu dia menyibakkan semua barang yang ada di meja kerja Ny. Win dan merebahkan saya di situ. Dia melanjutkan aksinya dengan terus-menerus menciumi, meraba dan menggigit kedua buah dada saya. Sebagai istri yang jarang menerima nafkah batin saya dengan cepat menikmati permainan ini, apalagi Pak Simon juga bukan laki-laki yang terlalu tua. Dia masih cukup muda sekitar 35 tahun dan memiliki badan yang kekar karena dia juga seorang ketua klub karate di kotaku. Sambil meremasi buah dadaku dia melepaskan rok yang kukenakan dan meraba-raba pahaku, jantungku makin berdesir dan saya makin terangsang.

Kemudian dia membuka celana dalamku dan mulai menciumi dan menjilati cairan yang keluar dari sana. Aku semakin mendesah dan dengan reflek kuraba-raba sendiri buah dadaku. Sensasi yang timbul saat itu benar-benar sangat luar biasa. Tidak pernah kurasakan hal seperti ini dengan suamiku sendiri. Setelah itu Simon membuka celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah berdiri tegak dan dia mencoba memasukkannya ke dalam liang vagina saya. Setengah sadar saya berteriak memohon padanya untuk jangan melakukan itu karena saya akan merasa bedosa, karena saya berprinsip untuk mempersembahkan seks saya hanya pada suami saya. Tapi Pak Simon tidak menghiraukannya dan memasukkan penisnya dengan kasar. Aku berteriak kesakitan, sementara dia hanya mengeluh keenakan dan memuji-muji liang vagina saya dengan berkata' "Ohh.., nikmat Jen.., sempit sekali.., ohh.., sempitt sekali!". Akhirnya saya kembali tenggelam dalam kenikmatan, tiap tusukan penisnya itu kunikmati dengan erangan-erangan nikmat yang keluar dari mulutku. Sesekali dia memberikan ciuman yang dalam kepadaku, yang benar-benar kunikmati. Akhir dari semua itu adalah ketika aku mencapai kepuasanku.

Dunia serasa terbalik, aku menangisi nasibku ini, tapi Pak Simon hanya bisa menghiburku dan berjanji akan membereskan semuanya. Kemudian saya secara resmi menjadi istri simpanan Pak Simon. Tiap kali Pak Simon menginginkan saya, dia akan menelepon saya dan mengajak saya kencan di hotel di luar kota. Tiap kali saya diberinya imbalah dua juta rupiah. Suatu hal yang saya syukuri dan sekaligus aku merasa jijik, karena aku merasa seperti seorang pelacur. Perlu diketahui bahwa Pak Simon ini adalah seorang yang amat berpengaruh, dia berteman dekat dengan--------dan-------(kedua jabatan ini disamarkan oleh Yuri) di kotaku. Dia bisa melakukan apa saja yang dia inginkan, bagaikan seluruh kota itu miliknya. Pada suatu hari ketika aku sedang bekerja di tempat Ny. Win, suamiku Ricky tiba-tiba menerjang masuk dan memaki-maki diriku dan Ny. Win, aku hanya bisa menangis dan menangis mendengar makiannya. Tapi pada akhirnya dia hanya diam dan berkata bahwa dia akan membunuh Pak Simon. Sungguh suatu hal yang tragis ketika keesokan harinya aku mendapat kabar bahwa suamiku sudah mati, mayatnya diketemukan di tepi sungai. Polisi mengatakan bahwa dia mati karena mabuk dan jatuh ke sungai. Tapi aku tahu pasti apa yang menyebabkan dia mati, Pak Simon.

Pak Simon tidak cukup puas dengan membunuh suamiku. Untuk menjaga adik ipar saya William dari berbuat sesuatu yang mengancam dirinya, dia sudah mengatur untuk memenjarakan William. Sungguh suatu hal yang tragis bagi diriku dan dia, karena dalam hatiku aku masih mencintai William. Hal yang membuat diriku semakin sakit adalah Pak Simon tidak pernah membiarkan aku menemui William. Kata-kata terakhir yang kudengar dari William adalah bahwa dia menyesal kakaknya menikahi pelacur seperti aku.

Setelah masa 100 hari kematian suamiku, Pak Simon mengawiniku sebagai istrinya yang ketiga, hal yang menurutnya adalah penebusan dari dosa-dosa yang dia lakukan terhadapku. Sebenarnya aku sudah ingin bunuh diri saja, tetapi Pak Simon mengancam jika aku mati, maka William juga mati. Hari demi hari berlalu dan kulewatkan sebagai istri Pak Simon. Aku adalah istri favoritnya, sehingga tidak jarang aku mendapat perlakuan buruk dari istri istrinya yang lain. Yang paling parah adalah ketika kami bertemu di sebuah pasar swalayan, dan istri pertamanya Ny. Elis menjadi kalap dan menjambaki rambutku, sambil mengatai aku sebagai pelacur. Aku tidak melawan, karena aku sudah kehilangan harga diri serta kehormatanku.

Pak Simon tidak mempunyai seorang anakpun, tetapi dia mempunyai seorang pegawai yang cekatan yang amat dipercaya olehnya, bahkan kemudian diangkatnya sebagai anak angkat bernama Zachary.
Pada suatu hari aku menerima sebuah surat dari William, dari suratnya dia mengatakan bahwa dia menyesal mengatai aku sebagai seorang pelacur. Dia berkata bahwa aku tidak mungkin melakukan hal senista itu karena dia memahami sekali sikap dan kepribadianku karena dia pernah menjadi kekasihku. Tetapi yang membuatku khawatir adalah karena dia berencana akan membalas perbuatan Pak Simon yang telah memenjarakan dia dan menyengsarakanku karena Pak Simon adalah orang yang sangat berpengaruh. Surat itu kemudian kusimpan baik-baik di sebuah kotak perhiasan, karena aku menganggapnya sebagai surat yang mengembalikan harga diriku. Suatu hari surat itu hilang dari kotak perhiasan, aku sangat panik dan mencarinya di semua tempat tapi hasilnya nihil.

Pada suatu hari aku berpapasan dengan Zachary yang baru saja memeriksa meteran air dan listrik di rumahku. Pak Simon membuatkan aku rumah sendiri sejak peristiwa yang memalukan dirinya terjadi, ketika Ny. Elis memukuli diriku di depan umum. Zachary menyapaku dan menanyakan tentang kabarku, seperti biasa aku hanya meladeni basa-basinya. Tapi kemudian dia bertanya kenapa aku terlihat gelisah akhir-akhir ini. Kembali kujawab saja sekenanya, namun kemudian dia kembali menanyakan bila aku kehilangan sesuatu yang penting misalnya surat. Aku segera menangkap maksudnya dan memintanya untuk mengembalikannya padaku. Dia berkata bahwa dia tidak membawanya dan akan mengembalikannya nanti malam karena dia harus mengerjakan sesuatu terlebih dahulu.

Malamnya dia datang lagi ke rumah, dan dia membawa surat itu. Dengan segera aku memintanya untuk mengembalikan surat itu. Tetapi dia menolak dan menanyakan bagaimana aku harus berterima kasih kepadanya. Akupun menangkap maksudnya dan menanyakan berapa imbalan yang harus saya berikan kepadanya. Tapi dia berkata dia menginginkan saya.

Kemudian dia memelukku dan menciumiku, dan mengatakan betapa dia mengagumi saya yang berbeda dari semua gadis yang pernah dikencani oleh ayah angkatnya Pak Simon. Aku kemudian melepaskan diri darinya dan menempeleng dia, segera kuusir dia sambil memaki siapa dia kira dirinya itu. Kemudian dia menceritakan dendamnya pada Pak Simon, betapa ayahnya yang dulu sahabat dekat Pak Simon dan juga seorang pengusaha sukses terkena kasus dan harus lari ke luar negeri. Namun setelah itu Pak Simon mengambil alih harta keluarganya, dan ayah Zachary merasa tertekan dan bunuh diri. Dia kemudian memaki Pak Simon yang katanya mengangkat dirinya sebagai anak, namun dia merasa lebih diperlakukan sebagai anjing oleh Pak Simon. Aku hanya terdiam mendengar perkataannya. Namun tak lama kemudian nafsu gelapnya pun timbul dan dia kembali memeluk diriku, dan aku meronta-ronta teringat dulu betapa aku diperkosa oleh Pak Simon. Kumaki Zachary bahwa semua dia binatang, tapi dia hanya tertawa dan berkata "Memang semua laki-laki binatang, tapi Simon adalah binatang terbuas di dunia, kalau surat ini saya berikan padanya, menurutmu apa tidak mungkin nasib adik iparmu akan sama seperti suamimu". Perkataan Zachary membuat saya terdiam kaku dan pasrah. Kemudian dia berkata bahwa aku adalah tipe wanita yang membuat pria selalu ingin memperkosaku, tipe wanita yang selalu disukai pria.

Setelah itu dia menceritakan betapa dia telah memasang kamera tersembunyi di kamar mandi dan kamar tidurku, betapa dia selalu mengintipku melalui kamera tersebut dan merekam semua yang kulakukan selama ini. Aku hanya diam berdiri dan pasrah sampai akhirnya dia mulai melucuti baju yang aku kenakan, dan melepas tali BH-ku. Matanya mempelototi buah dadaku yang menyembul dan seperti Pak Simon dia segera menciumi, menjilati dan menggigitinya, sambil mengatakan betapa beruntungnya Pak Simon memiliki diriku.

Kemudian dia membopongku ke atas ranjang dan merebahkan aku di situ. Aku hanya bisa diam dan pasrah, membiarkan dia menikmati semua bagian dari tubuhku, sama sekali tidak kurasakan kenikmatan dari perbuatannya ini. Yang kurasakan hanya sakit hati dan perasaan jijik. Aku terpaksa membiarkan dia melumati setiap centi dari tubuhku dan hanya bisa menangisi nasibku yang malang ini. Kemudian dia memasukkan penisnya dengan ganas dan menyetubuhi tubuhku berkali kali dalam berbagai posisi. Sebenarnya aku sangat cape', atas apa yang dia lakukan itu, aku memintanya untuk menghentikan perbuatannya itu. Tapi dia tidak puas dia menindihku dalam berbagai posisi dari dog style, dan yang membuatku sangat menderita adalah posisi ketika dia berdiri dan berjalan jalan sambil menyetubuhi diriku, di mana aku harus merangkul dirinya yang binatang itu. Aku merasa lega ketika dia mulai kecapaian dan kemudian meninggalkan aku, setelah itu aku hanya bisa diam sambil merenungi nasibku yang malang ini. Aku tidak bisa berbuat apa apa, namun waktu telah menyelesaikan segalanya. Di mana semakin lama aku semakin haus akan seks dan kekayaan, aku mulai sadar bahwa aku bisa menggunakan tubuhku untuk mencapai apa yang kuiinginkan.

Sekarang ini aku bukan lagi gadis lugu yang hanya bisa diam diperkosa. Aku mulai sadar bahwa aku harus membalas pada Pak Simon dengan memperkosanya kembali. Seiring dengan makin tuanya usianya yang menginjak 40 tahun, dia semakin lemah secara fisik, apalagi dalam hubungan seks, keperkasaannya sudah mulai luntur, dan hal ini membuatku merasa menang. Sekarang ini aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan, biarlah nasib menentukan semuanya.

TAMAT
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive