Senin, 31 Januari 2011

Menakhlukkan gadis tomboy

Huh.. Gadis itu koq tomboy sekali. Orangnya pendek, tingginya kurang lebih 150 cm. Jalannya kayak laki-laki, rambutnya selalu dipotong pendek. Dan yang jelas.. Dia tidak suka laki-laki. Mau bukti? Sampai saat ini belum pernah terdengar dia jalan sama laki-laki. Padahal umurnya sudah 35 tahun.

Tapi mengapa belum mau nikah juga. Memang sih.. Laki-laki pasti mikir kalau mau mendekati dia. Jangankan bergairah untuk mendapatkannya. Dikejar-kejar sama diapun pasti menghindar. Pernah aku tanya sama teman-teman yang lama kerja di kantorku, apa dia pernah punya pacar? Mereka menerangkan bahwa selama ini memang dia tidak pernah punya pacar.

Apakah masih perawan? Kata teman-teman,"Nggak tahu, buktikan sendiri."

Itulah gambaran gadis yang kukenal di kantorku. Sudah 5 tahun aku jadi Pegawai Negeri di suatu instansi pemerintah di Jakarta, dan 5 tahun pula kenal dengan dia, sebut saja Nova. Nova memang sudah pegawai senior di instansiku. Walaupun umurnya lebih tua aku, tapi Nova lebih dulu jadi Pegawai Negeri.

Aku sudah beristri dan punya anak satu saat masuk Instansi tempatku bekerja. Sedangkan Nova adalah seorang pegawai yang belum bersuami. Aku juga tak tahu kenapa dia belum berkeluarga, padahal dari segi umur dia sudah cukup. Sudahlah tidak perlu dipikirkan memang itu mungkin tujuan hidupnya.

Walaupun aku dan Nova beda bagian di kantorku, tapi kami sering bertemu dan berbagi cerita tentang pekerjaannya masing-masing. Apalagi kami aktif di organisasi Korpri. Tapi aku belum pernah menanyakan padanya apakah dia punya pacar, atau dia tidak suka cowok, atau lesbi atau.. Apa saja tentang rahasia pribadinya.

Suatu hari, saat aku mau pulang kantor aku berpapasan dengan Nova yang keluar dari kamar kecil.

"Eh.. Nov, kamu belum pulang," tanyaku. Waktu itu memang kantor sedang sepi karena karyawan sudah pulang semua.
"Eh Rudy.. Belum Rud, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan," katanya sambil ngeloyor pergi meninggalkan aku yang terbengong-bengong memperhatikan punggung dia yang sedang berjalan menuju ruang kerjanya.

Tiba-tiba ada hasrat yang membuat aku melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya. Kulihat dia duduk di depan meja sambil membolak-balik map yang ada di depannya.

"Nov, sibuk ya, bisa kubantu," tanyaku.
"Eh.. Rud.. Ngapain kamu kesini tanpa ijin? Nanti kuteriakin maling lho."
"Yey.. Orang mau bantu malah disambut begitu".
"Aku nggak butuh bantuan.." katanya ketus.
"Koq galak amat sih.., aku sun.. Baru tahu rasa.."

Entah mengapa aku tiba-tiba bernafsu ingin mencium bibirnya.

"Coba.. kalau berani aku tusuk perutmu pakai ini," katanya sambil mengacungkan gunting.

Aku bukannya takut atas ancamannya, tapi jadi penasaran ingin melumat-lumat bibirnya. Tanpa pikir panjang lagi aku pegang pukul tangannya, dan "Awww..!" Nova menjerit kesakitan dan guntingpun terjatuh.

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya dan kutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya.

"Ugh.. Ugh.. Ugh.."

Nova meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Lalu mendorongku keras-keras. Sampai aku terjatuh. Saat aku berdiri.. Plak.. Plak.. Plak.. Dia menampar pipiku keras-keras.

"Apa-apaan kamu.. Mau memperkosaku ya? Bangsat!!" katanya marah besar.

Aku dimarahi seperti itu semakin bergairah untuk memperkosanya. Kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya lagi dan kekutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya. Dia meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tapi aku semakin erat memegang bahunya dan semakin lahap melumat bibirnya. Nova terus meronta-ronta..

"Ugh.. Ugh.. Ugh.."

Napasnya tersenggal-senggal. Aku semakin asyik melumatnya bibirnya. Ada cairan hangat membasahi pipiku, aku menghentikan aksiku. Masih dalam posisi menindihnya, aku lihat ada cairan bening mengalir dipipinya. Aku jadi nggak tega. Aku menghentikan aksiku. Aku berdiri, kulihat Nova masih terlentang dan menatapku. Dipipinya mengalir deras air mata.

"Eh.. Nov, maafin aku.. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku minta maaf atas kelancanganku."
"Kamu jahat, kamu mau memperkosaku," katanya sambil menatapku nanar.
"Maafin aku, aku tidak bermaksud memperkosamu, dan aku berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi".
"Benar?"
"Sumpah"
"Baik aku maafin.." katanya sambil berdiri.
"Sebagai tanda persahabatan, bolehkah aku menciummu," kataku mulai nakal lagi.

Nova menatapku sejenak.. Tapi kemudian mengangguk. Akhirnya aku dekatkan wajahku kewajahnya, kukecup bibirnya lembut.

Nova tersenyum, "Trim.. ," katanya.
Tiba-tiba.. Kukulum bibirnya sekali lagi.
"Ugh.." Nova mendorongku, "Kamu mulai lagi ya, dasar nakal," katanya marah.
"Aku.. Pingin sih.. Apa kamu nggak pengin"
"Aku juga sebenarnya pengin.." katanya lirih.

Aku terhenyak kaget. Akhirnya, aku mendorongnya ke meja, aku menindihnya, kulumat-lumat bibirnya. Kali ini Nova menikmatinya. Aku ciumi pipinya, kuciumi lehernya..

"Ugh.. Ugh.. Enak.. Rud.. Akuu sukaa.." Nova merintih.

Aku terus menciumi bibir, pipi dan leher. Tanganku mencopoti kancing bajunya dan segera melepas bajunya, serta BHnya. Wow.. Gadis tomboy itu susunya indah sekali. Aku lepas bajuku.

"Kamu apa-apaan.. Kenapa bajuku kamu lep.. Aww enakk.. Putingnya giiggiit.. Aduh.. Enaak.. Wow.. Wowww.. Wowww.."

Nova menjerit-jerit ketika aku mulai meremas-remas susunya dan mengulum puting susunya serta memainkannya dengan lidah. Kubuka celanaku dan kupelorotkan Cdku, kupelorotkan roknya dan kupelorotkan CDnya.

"Nov.. penisku ngaceng.. Kumasukkan ke vagina.."
"Jangan.. Ja.. Awww.. Sssaakiit.." teriaknya ketika aku menekan penisku yang sudah tegang ke liang vaginanya. Dan.. Bless.. penisku masuk dengan susah payah.
"Sssaakitt.."
Aku tak peduli mau sakit mau nggak, aku mainkan maju mundur. Dan bles.. Sloop bless.. Sloop..

"Aw.. Aw.. Aw.. Saakii.. Eeenaak aduuh ennaak.."
"Nova.. Uuueenaakk.."
"Awww.."

Akhirnya spermaku kumuntahkan dalam perut Nova. Aku terkulai lemas.. Nova terkulai lemas..

"Rud.. Enak sekali aku suka"
"Iya.. Kamu hebat"

Kami masih di atas meja diantara tumpukan map kerja. Nova memelukku, kepalanya bersandar didadaku, tangannya meremas-remas penisku. Kubalas pelukannya dan jari tanganku kukorek-korek ke liang vaginanya.

"Rud.. Enak.. Aku suka.."
"Iya aku juga suka, aku kira kamu tak suka penis"
"Kalau penis kamu aku suka banget.., tapi vaginaku perih sekali," katanya lirih.
"Tapi kalau vaginamu dimasukin penisku lagi pasti enak," kataku sambil memeluknya. Tak terasa penisku mulai bangun lagi.
"Nov.. penisku ngaceng masukin lagi ya.."
"Iya deh.."
"Coba kamu nungging"
"Nungging?" katanya terheran-heran, tapi akhirnya Nova mau juga nungging.

Kulihat pantat Nova yang gede.. Wow.. Betapa indahnya vagina tersembul warna hitam dengan bulu-bulu tipis. Kunaiki Nova yang sedang nungging kupeluk dan kuremas-remas susunya.

"Oh.. Enak.. Rud.. Terus Rud.. klitorisku nyut-nyutan.. Aku penggiin penis.."
"Nova penisku kenceng bangeet.."
"Iya.. Masuukiinn doong.."
Aku nggak tahan dan upp emhh, aku teken penisku ke vaginanya yang tersembul.
"Terus.. Tekenn Rudd.."
Aku teken-teken.. Tapi karena posisinya yang nungging penisku tidak bisa masuk. Susah sekali..
"Ayo Rud.. Aku nggak tahan, masukin dong.. Awww.."
"Iya.. Ini juga kumasukan tapi vaginamu kenyal dan rapet.."
"Terus Rud dikit lagi.. Aw.."
Aku terus berusaha sekuat tenaga, kutekan terus penisku, dan.. Akhir.. Bless..
"Ennaak.. Nov.. Wow.. Sedepp.." Aku merasakan nikmat yang luar biasa.
"Rud.. Aduuh.. Sakiitt.. Janggann kesitu.. Sssakitt.."
"Enakk.. Nov.." Aku terus menggenjotnya maju mundur. Bless.. Sloop.. Plup.. Bless..
"Sakit Rud.. Itu bukan.. vagina.. Itu liang dubur.."

"Hah?" Aku kaget dan berhenti menggenjot.. Tapi penisku masih didalam duburnya.
"Nov.. Ini penisku di duburmu ya?"
"I.. Iya.. Sakit sekkallii.. Aduh.."
"Tapi sudah terlanjur masuk.. Genjot ya?"
"Jangan.. Cabut.. Cepet.. Cabut.. Sakit".
"Iya deh aku cabut," kataku sambil menekan penisku masuk lebih dalam lagi ke liang duburnya. Dan aku menggenjotnya lagi maju mundur. Slep.. Bless.. Slep.. Bless..

"Oh.. Nova.. Silitmu ennakk sekallii.. Aduh aku suka sekali.." Slep bless.. Nova meronta-ronta..

"Aduh.. Sakit.. Cabut.. Sakit.. Cabut.. Awww.. Enaak.. Terus.. Genjot.. Tusuk terus.. Enakk, wow.. ingin.. E'e'.. Ennaak.." Slep.. Bless.. Slepp.. Bless..
"Nov.. Cabut ya penisnya di dubur.. Wow.. Enaknya"
"Jangan Rud.. Jangan cabut.. Aduh.. Mama.. Enaak.. Ingin.. Penismuu..".

Bless.. Plup.. Aku mencabut penisku dari dubur dan kulihat penisku masih tegang..
"Rudii.. Kenapa di cabut.."
Kuarahkan penisku ke vaginanya. Dan Bless.. Akhirnya masuk..
"Awww.. Rudi.. Itu lubang vagina.. Enaakk.. Aku suka Rudi.."
"Iya.. Akku juga suka.."

Aku terus menggenjotnya lagi kali ini tambah bersemangat.

"Rud.. Ennaak.. Taddi di bersihin dulu nggak.. penisnyaa..?"
"Aduh.. Nggak.. Wow.." Aku terus menggenjotnya
"Ada.. E'e'nya dong rud.."
"Iyya.."
"Terus Rud.. Genjot rud..

Gerakanku semakin lama semakin cepat dan terus.. Kupacu. Akhirnya..

"Rud.. Aku nggak tahan ingin keluar.."
"Aku.. Juggaa.."
"Awww.. Kelluuarr.."
"Ahh.."
Akhirnya spermaku kembali muncrat di dalam perutnya. Kami terkulai lemas saling berpelukan.

Diantara darah perawan yang menetes di meja.. Ada ribuan sperma yang masuk ke perutnya.. Dan bila menghasilkan anak, aku tak tahu apakah aku akan bertanggung jawab? Yang terjadi adalah.. Aku termenung menatap langit-langit dan Nova menangis memelukku menyesali apa yang telah terjadi..

Tapi.. Kami tak tahu hari esok.

Tamat
Share this article now on :

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive